Rabu (14/05) GSC kembali menyelenggarakan Researce Class dengan tema ”Teknik dan Metode Survey“ bertempat di ruang 2 Gedung A Fakultas Geografi UGM. Diskusi dengan pembicara Wayan Damar Windu K., S.Si. ini membahas tentang bagaimana melakukan survey lapangan dengan cara yang benar serta sistematis. Riset tentunya harus melewati beberapa prosedur agar karya ilmiah menghasilkan suatu hasil yang baik. Salah satunya adalah survey lapangan, dan dalam riset langkah ini merupakan langkah yang paling penting.
Untuk dapat melaksanakan survey lapangan dengan baik, hal yang pertama perlu diperhatikan adalah memastikan jenis satuan pemetaan. Satuan pemetaan yang diperhatikan meliputi satuan administrasi, satuan bentuklahan, serta satuan medan. Satuan administrasi digunakan bila area kajian terkecil yang dibahas meliputi area yang batasannya ditentukan oleh manusia, semisal tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, atau bahkan tingkat RT / RW. Jenis satuan pemetaan ini cocok untuk riset yang berorientasi pada tema Anthropospher. Satuan bentuklahan digunakan dalam riset yang sifatnya lebih mengarah ke kenampakan geomorfologis atau riset yang bertemakan litosfer. Jenis satuan ini dibedakan menurut asal terjadinya proses geomorfologi pada tiap-tiap bentanglahan, sehingga satuan bentuklahan yang dikaji tergantung pada proses geomorfik yang dominan terjadi pada wilayah tersebut. satuan ini meliputi satuan bentuklahan pada Bentuklahan asal proses vulkanik, Bentuklahan asal proses marin, Bentuklahan asal proses fluvial, Bentuklahan asal proses solusional, Bentuklahan asal proses eolin, dan lain sebagainya. Satuan medan merupakan satuan yang digunakan untuk survey lapangan yang terkait dengan kondisi fisik dari area yang dikaji.
Selain itu terdapat pembahasan lain yang mencakup tentang metode survey lapangan. metode tersebut meliputi metode sensus dan metode sampel. Metode sensus merupakan metode dimana semua sampel diambil dari satu populasi dalam area kajian, sehingga data yang didapatkan bersifat menyeluruh. Umumnya teknik pengambilan data yang digunakan dalam metode ini adalah metode wawancara. Sedangkan metode sampel merupakan metode dimana hanya sebagian datum yang diambil dalam satu populasi, sehingga data bersifat sebagian, yang dianggap dapat mewakili seluruh data yang ada pada area kajian. Dalam metode ini, untuk memperoleh data dilakukan penghitungan secara statistis. Batas minimal jumlah datum yang digunakan sebagai sampel adalah sebesar 30%. Secara teknis, metode sampel dibagi menjadi 2 cara, yaitu:
Teknik probability, meliputi:
- Teknik cluster :merupakan teknik yang mengelompokkan sampel berdasarkan ciri-ciri yang sama
- Teknik random : merupakan teknik dimana sampel diambil secara acak.
- Teknik sistematik : merupakan pengambilan data secara sistematis, biasanya luasan data yang akan diambil ditentukan terlebih dahulu, misal: pengambilan data permukiman berdasarkan conturing tiap 4 meter.
- Teknik stratified : merupakan teknik pengurutan data dengan nilai tertinggi menuju terendah
Teknik non-probability, meliputi Snowball Sampling dan Accidental Sampling
- Snowball sampling : merupakan teknik untuk mengambil sampel dari data yang tidak diketahui jumlah populasinya dan bersifat “tidak semua komponen mempunyai peluang yang sama untuk diambil”
- Accidental sampling : merupakan teknik yang mengikutsertakan sampel yang diambil dari bagian populasi yang paling mudah untuk diambil
Alat-alat yang dibutuhkan dalam riset lapangan meliputi alat ukur tanah, kompas geologi, palu geologi (jika perlu), serta GPS dan checklist. GPS merupakan alat yang paling penting dalam riset lapangan, karena untuk mengetahui lokasi dari riset lapangan. Cheklist dibutuhkan agar pada saat riset lapangan seorang observer mempunyai rencana kerja yang jelas sehingga riset lapangan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam riset lapangan adalah mempelajari konflik lokal pada daerah kajian. Hal ini perlu diperhatikan agar rencana kegiatan lapangan dapat dilaksanakan secara baik.
Sebelum melakukan survey lapangan, untuk menyusun karya ilmiah yang baik ditentukan terlebih dahulu rumusan masalahnya, sehingga tujuan dari riset lapangan menjadi jelas. Rumusan masalah dapat dicari dengan memilih pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan riset. Selain itu, bila terdapat perbedaan antara hipotesis dengan hasil survei lapangan, maka hasil survei lapangan tersebut tetap dijadikan acuan untuk pembahasan, dengan disertai analisa tentang ketidaksesuaian antara hipotesis dengan hasil survei lapangan, agar dapat diperoleh hasil riset yang baik.