Nyangkem Pinter merupakan salah satu acara rutin pada gathering Geography Study Club (GSC), yang mana kegiatan tersebut menjadi wadah diskusi antar anggota GSC. Kegiatan Nyangkem Pinter yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 26 Februari 2016, di ruang Ex-Perpustakan Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, berlangsung selama kurang lebih 90 menit dan dihadiri oleh anggota GSC dari berbagai minat keilmuan. Acara Nyangkem Pinter kali ini mengangkat tema “Banjir di Tanah Minang”. Banjir bandang yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 7 Januari 2016 lalu, menyita perhatian berbagai pihak dan menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Acara Nyangkem Pinter kali ini dipandu oleh Lukman Hakim sebagai moderator, minat keilmuan Hidrosfer sebagai panelis, serta peserta diskusi yang terbagi menjadi beberapa stand diskusi yaitu pihak pemerintah, pihak masyarakat, pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pihak swasta.
Diskusi yang dilakukan terdiri dari tiga sesi, yaitu sesi pemaparan, sesi bidasan dan sesi simpulan. Diskusi diawali dengan penjelasan permasalahan berdasarkan tema sesuai sudut pandang dari masing-masing stand maupun penjelasan mengenai peran dari masing-masing stand-stand kaitannya dengan tema diskusi. Berdasarkan pemaparan yang dilakukan oleh tersebut, diskusi dilanjutkan dengan sesi kedua yang mana melalui sesi ini setiap stand dibebaskan untuk memberi tanggapan atas pernyataan suatu stand pada sesi sebelumnya.
Berbagai tanggapan baik sikap menyetujui, mengkritik maupun menyanggah pernyataan dari suatu stand banyak muncul pada sesi kedua dengan dipandu oleh moderator. Umumnya setiap stand memberi kritikan maupun sanggahan dengan mempertanyakan pihak yang harus bertanggungjawab atas bencana yang terjadi dan mempertanyakan kejelasan peran dari masing-masing stand dalam bencana alam tersebut. Pada menit-menit awal diskusi, pihak pemerintah mendapat banyak kritikan dari stand lainnya, namun kemudian kritikan banyak tertuju pada pihak swasta yang dirasa oleh stand lain memiliki andil dalam bencana alam yang terjadi. Pihak masyarakat sebagai korban bencana sedikit banyak memberi kritikan kepada setiap stand sehingga adu argumen pun tidak dapat dihindari. Meskipun demikian, diskusi berlangsung dengan kondusif dan peserta diskusi terlihat antusias mengikuti jalannya diskusi.
Diskusi dilanjutkan dengan sesi ketiga yaitu sesi simpulan, pada sesi ini salah seorang dari masing-masing stand dipersilahkan memberikan pernyataan akhir dari diskusi yang telah berlangsung. Stand pihak pemerintah memberi beberapa simpulan pada sesi ini yaitu pemerintah harus mengevaluasi topografi dan RTRW, mengamati dan melaksanakan mitigasi, mengoptimalkan peran pemerintah pra dan pasca bencana, melakukan sosialisasi baik ke masyarakat, LSM maupun pihak swasta, serta dibutuhkannya kerjasama antar pihak untuk meminimalisir bencana atau dampak bencana yang terjadi. Stand pihak masyarakat sendiri tentunya berharap agar bencana banjir bandang tidak terjadi lagi serta mengharapkan pemerintah dapat memberi ganti rugi yang sepadan apabila akan dilakukan relokasi. Stand pihak LSM sebagai jembatan antara pemerintah dengan masyarakat memberi simpulan bahwa akan berusaha untuk membantu mengatasi permasalahan banjir bandang. Sedangkan stand pihak swasta berkesimpulan bahwa swasta yang dalam hal ini merupakan investor hanya bertindak sebagai fasilisator sedangkan pemerintah bertindak sebagai eksekutor. Selain itu, stand pihak swasta juga memberi simpulan bahwa banjir bandang yang terjadi bukan sepenuhnya salah dari pihak swasta itu sendiri. Dengan dilakukannya sesi simpulan oleh masing-masing stand diskusi, maka berakhir pula diskusi pada acara Nyangkem Pinter kali ini.
Diskusi pada acara Nyangkem Pinter diakhiri dengan pemberian komentar oleh koordinator dari minat keilmuan Hidrosfer. Pada kesempatan tersebut komentator mengevaluasi jalannya diskusi dan mengapresiasi peserta diskusi selama mengikuti kegiatan diskusi. Namun demikian, komentator memberikan beberapa catatan untuk peserta diskusi yakni pembahasan peserta diskusi yang dirasa terfokus pada tahap ‘saat’ bencana, sedangkan tahap ‘pra’ bencana kaitannya dengan sumber atau penyebab banjir bandang belum banyak dibahas.
Diskusi merupakan salah satu media untuk bertukar pikiran maupun melatih diri untuk menyampaikan pendapat bahkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh pengetahuan baru, oleh sebab itu kegiatan semacam ini diharapkan dapat terus terlaksana dengan baik. Buat kamu yang merasa bagian dari GSClicious. Yuk, jangan sampai ketinggalan pada acara Nyangkem Pinter selanjutnya! Mari berproses, mari produktif! #SalamProduktif